Say hello,
Selamat sore semesta, senja
yang cukup indah bukan ? senja yang cukup indah untuk secangkir teh saat ini.
hayhay, Sering kita berpendapat
Tuhan itu tak adil, Tuhan menciptakan senja yang hitam saat kita menginginkan
senja putih itu ada. Pemikiran semacam ini lah yang dulu sempat terpintas pada
bayangan semu seorang gadis merah jambu itu. Iya , gadis merah jambu yang sedang
menyandrkan tubuhnya pada sebuah tiang tegak didekat rumah tua itu. Gadis merah
jambu tampak lelah memikirkan kemana ia akan melangkah dan berjalan
selanjutnya, tatapan matanya kosong syaraf-syaraf di otaknya dipenuhi aliran
darah kebimbangan. Iya, saat itu gadis merah jambu sedang memikirkan kemana ia
akan melanjutkan perjalanannya setelah lulus SMA, gadis itu sangat meninginkan duduk
di Perguruan Tinggi Negeri ternama Fakultas Kedokteran dan bekerja untuk
mengabdi kepada masyarakat dengan memakai jas putih dengan stetoskop yang
melingkar dilehernya. Gadis itu selalu berusaha bagaianaia menjadi yang terbaik
dari teman-temanya dan mewujudkan keinginannya, hingga pada suatu saat ia
mendapatkan nilai UAN tertinggi dikelasnya. Gadis itu merasa semakin yakin
untuk mengambil langkah memilih PTN yang diinginkannya, semua usaha sudah ia
lakukan, genggaman doa dalam tangannya tak pernah ia lepas, memberi kepada kaum
fakir miskin dan sholat malam pun ia lakukan tak pernah ada rongga. Tetapi
semuanya tak berbalas apa-apa saat itu, keinginannya untuk menjadi dokter di
salah satu PTN ternama pun gagal yang dibarengi dengan keinginan orang tua yang
tidak merestuinya untuk menjadi seorang dokter, hal ini dilarang oleh kedua
orangtuanya, bukan masalah materi tetapi ada alasan lain yang tak habis
dimengerti oleh gadis itu sampai saat ini. “NIKAH TUA” iya itu alasan kenapa
orang tua gadis merah jambu tak merestui anaknya menjadi seorang dokter, mereka
takut gadisnya tidak ada waktu untuk mengurus dirinya. Gadis itu merasa Tuhan sedang
berlaku tidak adil padanya.
Seiring dengan
berjalannya waktu gadis merah jambu mulai mengiklaskan semua yang menimpanya, Perjuangannya
tak terhenti sampai disitu, gadis itu terus berusaha untuk mengejar
keinginannya dengan mendaftarkan ke 9 PTN ternama di Indonesia, orang tua gadis
itu mendukung kemana anaknya akan melangkah walau dalam hati kecilnya masih
tidak ingin anaknya untuk menjadi seorang dokter. Semua materi dan fasilitas
diberikan sepenuhnya agar gadisnya bisa mendapatkan PTN terbaik yang
diinginkannya.
Tetapi semuanya gagal untuk
kedua kalinya, Dewi Fortuna tidak mengarah padanya, gadis merah jambu gagal
untuk masuk ke 9 PTN yang diinginkannya. Darah , jantung, hati, paru-paru, otak
seakan-akan terhenti, ia lemas terkapar tak berdaya “apakah aku sebodoh ini? Kenapa
Tuhan benar-benar tak adil padaku? apa kurang usaha dan doaku selama ini?”
pertanyaan – pertanyaan itu terus memeras otak gadis merah jambu. Ia benar-
benar ingin mengakiri saja hidupnya.
Hari demi hari gadis
itu lalui dengan penuh kekecewaan dalam dirinya. Jam , menit, detik yang terlewatkan ia habiskan dengan
berselancar di dunia maya, hingga suatu ketika ia terhenti oleh sebuah batu
emas didepannya, gadis merah jambu menemukan sebuah informasi mengenai salah
satu PTN yang masih membuka pendaftaran gelombang terakhir. Kali ini gadis merah
jambu mulai mencoba kembali meskipun hatinya tak sepenuhnya senang. Gadis merah
jambu memulai pembicaraannya dengan sang ayah, tetapi sayang, kali ini ia harus
merasakan kekecewaan kembali, sang ayah tak menginginkan gadisnya masuk ke PTN
tersebut. “Kenapa kamu ambil di universitas itu? Tidak ternama kok diambil,
terserah kamu lah sekarang, kalau kamu ingin kuliah kamu harus ambil ekonomi
atau prodi administrasi perkantoran.” Celetuk kasar sang ayah. Gadis itu mulai
merasa lemas dan hancur lagi, tatapan matanya kosong, air mata tak berhenti
membasahi lesung pipinya. Kali ini sang gadis harus berjuang sendiri, ia mulai
mendaftar dan mengikuti tes seleksi masuk.
Dan tralalala........ Dewi
Fortuna kini mengarah padanya, gadis merah jambu diterima menjadi mahasiswa di
PTN yang dicobanya. Awalnya ia merasa shock dan tak senang. Pertanyaan –
pertanyaan aneh yang sering terlintas dipikirannya ialah “materi macam apa ini?
IPS semua” celetuk gadis itu. Semester demi semester ia lalui dan ia mulai
merasakan perubahan dalam dirinya dan pemikirannya, ia mulai mencintai apa yang
telah diambilnya , ia ingin belajar dengan baik di Universitas itu meski
dipandang sebelah mata oleh sang ayah. Gadis merah jambu tetap berusaha dan ingin
segera merampungkan studinya dengan selempang coumload agar dia bisa
membuktikan kepada sang ayah. Selanjutnya gadis merah jambu ingin berkarir dan
menjadi sebuah pimpinan bank ternama. Ia mulai meninggalkan pemikirannya
tentang “Tuhan tidak berlaku adil”, karena Tuhan akan menciptakan senja yang
putih nan indah pada waktunya, doa dan dukungan dari sang bidadari hidupnya selalu
ia dapatkan meski sang ayah memandang sebelah mata dirinya.