Selasa, 17 Februari 2015

Gadis Merah Jambu

Say hello,
Selamat sore semesta, senja yang cukup indah bukan ? senja yang cukup indah untuk secangkir teh saat ini.

hayhay, Sering kita berpendapat Tuhan itu tak adil, Tuhan menciptakan senja yang hitam saat kita menginginkan senja putih itu ada. Pemikiran semacam ini lah yang dulu sempat terpintas pada bayangan semu seorang gadis merah jambu itu. Iya , gadis merah jambu yang sedang menyandrkan tubuhnya pada sebuah tiang tegak didekat rumah tua itu. Gadis merah jambu tampak lelah memikirkan kemana ia akan melangkah dan berjalan selanjutnya, tatapan matanya kosong syaraf-syaraf di otaknya dipenuhi aliran darah kebimbangan. Iya, saat itu gadis merah jambu sedang memikirkan kemana ia akan melanjutkan perjalanannya setelah lulus SMA, gadis itu sangat meninginkan duduk di Perguruan Tinggi Negeri ternama Fakultas Kedokteran dan bekerja untuk mengabdi kepada masyarakat dengan memakai jas putih dengan stetoskop yang melingkar dilehernya. Gadis itu selalu berusaha bagaianaia menjadi yang terbaik dari teman-temanya dan mewujudkan keinginannya, hingga pada suatu saat ia mendapatkan nilai UAN tertinggi dikelasnya. Gadis itu merasa semakin yakin untuk mengambil langkah memilih PTN yang diinginkannya, semua usaha sudah ia lakukan, genggaman doa dalam tangannya tak pernah ia lepas, memberi kepada kaum fakir miskin dan sholat malam pun ia lakukan tak pernah ada rongga. Tetapi semuanya tak berbalas apa-apa saat itu, keinginannya untuk menjadi dokter di salah satu PTN ternama pun gagal yang dibarengi dengan keinginan orang tua yang tidak merestuinya untuk menjadi seorang dokter, hal ini dilarang oleh kedua orangtuanya, bukan masalah materi tetapi ada alasan lain yang tak habis dimengerti oleh gadis itu sampai saat ini. “NIKAH TUA” iya itu alasan kenapa orang tua gadis merah jambu tak merestui anaknya menjadi seorang dokter, mereka takut gadisnya tidak ada waktu untuk mengurus dirinya. Gadis itu merasa Tuhan sedang berlaku tidak adil padanya.
Seiring dengan berjalannya waktu gadis merah jambu mulai mengiklaskan semua yang menimpanya, Perjuangannya tak terhenti sampai disitu, gadis itu terus berusaha untuk mengejar keinginannya dengan mendaftarkan ke 9 PTN ternama di Indonesia, orang tua gadis itu mendukung kemana anaknya akan melangkah walau dalam hati kecilnya masih tidak ingin anaknya untuk menjadi seorang dokter. Semua materi dan fasilitas diberikan sepenuhnya agar gadisnya bisa mendapatkan PTN terbaik yang diinginkannya.
Tetapi semuanya gagal untuk kedua kalinya, Dewi Fortuna tidak mengarah padanya, gadis merah jambu gagal untuk masuk ke 9 PTN yang diinginkannya. Darah , jantung, hati, paru-paru, otak seakan-akan terhenti, ia lemas terkapar tak berdaya “apakah aku sebodoh ini? Kenapa Tuhan benar-benar tak adil padaku? apa kurang usaha dan doaku selama ini?” pertanyaan – pertanyaan itu terus memeras otak gadis merah jambu. Ia benar- benar ingin mengakiri saja hidupnya.


Hari demi hari gadis itu lalui dengan penuh kekecewaan dalam dirinya. Jam , menit,  detik yang terlewatkan ia habiskan dengan berselancar di dunia maya, hingga suatu ketika ia terhenti oleh sebuah batu emas didepannya, gadis merah jambu menemukan sebuah informasi mengenai salah satu PTN yang masih membuka pendaftaran gelombang terakhir. Kali ini gadis merah jambu mulai mencoba kembali meskipun hatinya tak sepenuhnya senang. Gadis merah jambu memulai pembicaraannya dengan sang ayah, tetapi sayang, kali ini ia harus merasakan kekecewaan kembali, sang ayah tak menginginkan gadisnya masuk ke PTN tersebut. “Kenapa kamu ambil di universitas itu? Tidak ternama kok diambil, terserah kamu lah sekarang, kalau kamu ingin kuliah kamu harus ambil ekonomi atau prodi administrasi perkantoran.” Celetuk kasar sang ayah. Gadis itu mulai merasa lemas dan hancur lagi, tatapan matanya kosong, air mata tak berhenti membasahi lesung pipinya. Kali ini sang gadis harus berjuang sendiri, ia mulai mendaftar dan mengikuti tes seleksi masuk.
Dan tralalala........ Dewi Fortuna kini mengarah padanya, gadis merah jambu diterima menjadi mahasiswa di PTN yang dicobanya. Awalnya ia merasa shock dan tak senang. Pertanyaan – pertanyaan aneh yang sering terlintas dipikirannya ialah “materi macam apa ini? IPS semua” celetuk gadis itu. Semester demi semester ia lalui dan ia mulai merasakan perubahan dalam dirinya dan pemikirannya, ia mulai mencintai apa yang telah diambilnya , ia ingin belajar dengan baik di Universitas itu meski dipandang sebelah mata oleh sang ayah. Gadis merah jambu tetap berusaha dan ingin segera merampungkan studinya dengan selempang coumload agar dia bisa membuktikan kepada sang ayah. Selanjutnya gadis merah jambu ingin berkarir dan menjadi sebuah pimpinan bank ternama. Ia mulai meninggalkan pemikirannya tentang “Tuhan tidak berlaku adil”, karena Tuhan akan menciptakan senja yang putih nan indah pada waktunya, doa dan dukungan dari sang bidadari hidupnya selalu ia dapatkan meski sang ayah memandang sebelah mata dirinya.